“Rindu itu seperti ketemu mantan di jalan: kita nggak mau, tapi kok senyum-senyum sendiri.” Begitulah kata Khalil Gibran kalau hidup dizaman sekarang.
Siapa sih
yang nggak pernah rindu? Tiba-tiba kepikiran orang yang udah lama nggak ketemu,
padahal lagi anteng nonton serial Netflix. Suka gak masuk akal, kan?
Rindu itu kaya hantu, nggak kelihatan tapi ada. Datang tiba-tiba, tanpa
undangan, tanpa aba-aba, dan kadang bikin kita terjebak, kaya konspiriasi
rahasia aja, ada kekuatan di baliknya yang bikin kita jadi mikirin orang tanpa
izin.
Tapi ya,
siapa tau, mungkin rindu ini kerjaannya “Makhluk Rindu Rnternasional” yang lagi
bosan. Lagi musim apa gimana? Kok tiba-tiba kepikiran mantan kelas 3 SMA yang
dulu suka tukeran buku contekan?
Menurut sepupu
jauh saya, beliau ahli Pisikolog, katanya rindu ittu bisa muncul karena
kenangan. Masih katanya lo yaaa. Otak kita tuh suka nyimpen yang
manis-manis dan lupa yang pahit-pahit, jadi pas ingat orang itu, itu? Itu
siapa hayoooo?. Ingetnya yang lucu-lucu aja. Tapi, heyy, coba ingat: dia
juga lo yang pernah nge-ghoting tanpa dosa. Jadi, rindu ini kadang nggal ada
obatnya, kecuali mungkin sadar bahwa ini cuman efek hormon dopamine dan
oksitosin (Cari di Goggle, kalua gak tau). Jadi, tiba-tiba rindu,
mungkin otak cuman lagi salah setel, nih.
Jadi lain
kali, kalua rindu tiba-tiba nongol, bisa aja itu cuman hormon yang ngaco.
Bayangin aja otak bilang, “Duh, kamu lama nggak lihat yang bikin deg-degan,
nih, sini kuingatkan sedikit”. Bayangin aja dulu, padahal ya siapa sih yang mau
ingat-ingat mantan?
Coba tutup
dulu tulisan ini. Mariki kita sama sama lihat media social. Pernah nggak lagi
scroll tiba-tiba muncul foto teman jalan-jalan bareng yang bikin kamu langsung
teringat serunya waktu itu? Terjebak, kan? Rindu dan media social memang
kaloborator ulung. Kita nggak pernah tau kapan foto atau story mereka muncul di
feed dan langsung bikin kita kepikiran, “kok kayaknya aku kehilangan sesuatu
ya?” ini udah kayak konspirasi, belum?
Mungkin
memang ada semacam “Konspirasi Rindu Internasional” yang melibatkan algoritma
media social buat bikin kita kangen. Kangen sama gak dengan rindu?.
Siapa tau, nih. Ada yang di belakang sana sambil ngopi-ngopi, ngatur gimana
caranya biar kita nggak bisa move on. Sepertinya begitu.
Oke, jadi
gini: rindu itu nggak beda jauh sma makanan pedas, semakin di cicip, makin
terasa, kalua nggak hati-hati bisa bikin “kepedasan” alian baper. Kita sering
kebanyakan mikir: “ini rindu sungguhan
atau cuman karena aku bosan aja, ya?” padahal jawabanya nggal harus
serumit itu. Rindu itu memang bagian dari hidup, bisa datang kapan aja dan
kadang nggak masuk akal. Angap aja seperti angin lewat atau hujan mendadak di
siang bolong, angkat dulu jemurannya. Kadang muncul cuman untuk bikin
kita sadar betapa berharganya momen atau orang-orang di sekitar kita. Jadi,
kalua rindu melanda, ya nikmati aja. Dikirimin pesan “good night” keorang yang
dikangenin juga gak papa kan?
Singkatnya
menurut sepupu jauh saya. Rindu itu kayak tamu nggak diundang yang suka main
nyelonong, bikin kita senyam-senyum sendiri, tapi akhirnya juga akan berlalu.
Cukup kita hayati dan biarkan dia berkunjung sesekali. Kalau sering Namanya
penyakit gak sih?. Namanya juga “Misteri”.
Terakhir ya, “Rindu adalah jeda tanpa permulaan, luka tanpa berdarah. Mungkin rindu memang tak butuh alasan, ia ada untuk dihayati, bukan untuk dimengerti.” Kalau kangen ya sudah, tinggal bilang aja, “yah, nanti juga hilang sendiri.” Begitulah pikirnya.