Sebuah Histori: Dari IPNU-Putri ke IPPNU

 


Mandakara - Bismillahirrahmanirrahim

IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama) adalah organisasi dibawah naungan Nahdhatul Ulama. NU sendiri memiliki beberapa organisasi yang dinamai BANOM (Badan Otonom) meliputi IPNU IPPNU, GP Ansor, Fatayat, Muslimat, dan Pagar Nusa. IPPNU tidak jauh halnya dengan IPNU, yaitu organisasi dengan target anggota beberapa elemen pelajar, yaitu siswi, santri, dan mahasiswia yang berbasis pada usia.

Dalam tulisan ini saya akan lebih berfokus untuk membahas tentang sejarah perjalanan bagaimana IPPNU berdiri, dimulai dari masih IPNU-putri sampai menjadi IPPNU.

Masa Pra Kelahiran

Semenjak berdirinya, Nahdhatul Ulama telah melahirkan elemen-elemen organisasi berdasarkan kelompok usia dengan berfaham Aswaja (Ahlusunnah wal Jama’ah) seperti Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor. Selain itu juga ada ada beberapa organisasi lain yang mayoritas diikuti oleh golongan remaja usia sekolah, seperti PERSANO (Persatoean Santri NO), PAMNO (Persatoean Anak Moerid NO), ITNO (Ijtimauttolabah NO), dan masih banyak lagi. Beberapa organisasi tersebut tidak hanya berdiri dalam satu daerah saja melainkan dari beberapa daerah yang ada di Indonesia. Walaupun tidak saling terkoneksi, organisasi pelajar kedaerahan berfaham Aswaja tersebut membawa misi pendidikan dan pengkaderan pelajar NU.

IPNU sendiri berdiri resmi ketika kongres ke-6 LP Ma’arif NU yang berada di Semarang dan menjadi badan otonom di bawah PBNU. Dalam langkah lebih maju lagi IPNU mengadakan Konferensi Segi Lima yang diikuti oleh utusan-utusan cabang; Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jombang, dan Kediri pada tanggal 29 April-1 Mei yang bertempat di Surakarta. Dalam hasil konferensi tersebut, memutuskan bahwa organisasi yang berasaskan Ahlusunnah wal Jamaah hanya beranggotakan putra saja yang meliputi pesantren, madrasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi. Tujuan IPNU sendiri untuk menyiarkan dan menegakkan agama Islam, meninggikan dan memyempurnakan pendidikan serta ajaran-ajaran Islam, dan menghimpun seluruh potensi pelajar Islam yang berfaham Ahlusunnah wal Jama’ah, tidak hanya mereka saja yang bersekolah di sekolah naungan NU saja.

Dalam usaha lebih untuk memperkokohkan eksistensinya, IPNU mengirimkan delegasi dalam muktamar NU ke-20 pada tanggal 9-14 September di Surabaya. Di bawah pimpinan ketua PP IPNU, M. Tolchah Mansoer, ia mengemukakan urgensi organisasi IPNU pada sidang tanggal 14 September 1954 dan mendapatkan pengakuan oleh Muktamar NU sebagai organisasi pelajar lingkungan NU dengan persyaratan bahwa anggota IPNU hanya laki-laki saja, sedangkan untuk pelajar putri akan diadakan organisasi sendiri yang terlepas dari nama IPNU. Serta dalam sidang gabungan tersebut delegasi dari Fatayat dan Muslimat memutuskan bahwa harus ada organisasi sendiri serupa IPNU yang menaungi pelajar-pelajar putri di lingkungan NU.

Masa Kelahiran IPPNU

Di kediaman Nyai Masyhud yang teletak di bilangan Keprabon, Surakarta, beberapa remaja putri yang menuntut Ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA), berdiskusi untuk merespon keputusan Muktamar ke-20 NU tentang perlunya didirikan organisasi di kalangan Nahdliyyat. Diskusi ringan pun dilakukan oleh Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Lathifah Hasyim, Romlah, dan Basyiroh Saimuri dengan panduan ketua cabang Fatayat Surakarta Nihayah.

Dalam perbincangan tersebut membahas tentang absennya atau belum hadirnya pelajar putri di tubuh NU. Nihayah mengungkapkan bahwa pada waktu itu hadirnya organisasi putri hanya Fatayat NU (24 April 1950) dan Muslimat NU (29 Maret 1946). Dominan anggota Fatayat sendiri adalah ibu-ibu muda, sedangkan Muslimat sendiri didominasi oleh wanita-wanita paruh baya. Nihayah berargumen tentang pentingnya mendirikan organisasi dengan wadah khusus untuk para pelajar putri NU.

Dari diskusi ringan tersebut, gagasan untuk berdirinya organisasi sendiri yang menaungi pelajar putri NU semakin matang dengan dibentuknya tim pendobrak oleh Ahmad Mustahal, Ketua Cabang NU Surakarta untuk menyusun draf pendirian IPNU-putri yang diketuai oleh Nihayah dan menetapkan dua orang utusan untuk menemui ketua PP IPNU di Yogyakarta guna menyampaikan permintaan terkait agar PP IPNU dapat mengikut sertakan cabang-cabang yang memiliki IPNU-putri untuk menjadi wakil/peserta pada kongres IPNU pertama di Malang. Dan permintaan disepakati oleh ketua PP IPNU, Tolchah Mansoer dan perwakilan yang hadir akan di beri nama IPNU-putri.

Dalam Mukhtamar 1 IPNU di pendopo Kabupaten Malang dihadiri oleh lima cabang IPNU-putri antara lain:


1. Cabang Yogyakarta oleh Asiah Dawami

2. Cabang Surakarta oleh Umroh Mahfudzoh Wahib

3. Cabang Malang oleh Mahmudah Nahrowi

4. Cabang Lumajang oleh Zanifah Zarkasyi

5. Cabang Kediri oleh Maslamah


Seusai pembukaan acara para Nahdliyyat melakukan negosiasi dengan pengurus PP IPNU di teras pendopo tentang kelanjutan eksistensi IPNU-putri, dari negosiasi yang cukup alot antara Nahdliyyin dan Nahdliyyat yang berakhir dengan keputusan buntu, akhirnya pada hari kedua Muktamar, peserta putri dari lima cabang tersebut  mengadakan pertemuan terpisah di kediaman K.H Nachrowi Thohir (ayah dari K.H Moensif Nachrowi, Sekretaris Umum PP IPNU pertama).

Dalam forum tersebut sempat muncul pikiran IPNU-putri hanya merupakan satu departemen khusus dalam organisasi IPNU dan hal tersebut hampir merata terpikirkan oleh seluruh utusan putri. Tetapi setelah mengadakan konsultasi dengan pengurus badan otonom NU yang bertanggung jawab dalam pembinaan organisasi pelajar yaitu, ketua PB LP Ma’arif NU, K.H M. Syukri Ghazali dan ketua PP Muslimat NU, Mahmudah Mawardi, berkeinginan untuk keberlanjutan IPNU-putri adalah organ yang terpisah semakin menemui titik terang. Dan pada akhirnya berhasil mengeluarkan keputusan sebagai berikut:

1. Pertemuan yang berlangsung pada 28 Februari-5 Maret 1955 yang dihadiri oleh utusan dari lima cabang IPNU-Putri itu selanjutnya disebut sebagai "Konferensi Panca Daerah".

2. Pembentukan organisasi IPNU-Putri yang secara organisatoris dan administratif terpisah dari IPNU.

3. Tanggal 2 Maret 1955 bertepatan dengan 8 Rajab 1374 H, yaitu hari deklarasi terbentuknya IPNU-Putri ditetapkan sebagai hari lahir IPNU-Putri (kelak menjadi IPPNU).

4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang-cabang selanjutnya ditetapkan susunan pengurus Dewan Harian (DH) IPPNU sebagai berikut:

Ketua                           : Umroh Machfudzoh Wahib

Sekretaris              : Syamsiah Muthoyib

dengan tugas-tugas:

a. Mensosialisasikan pembentukan IPNU-Putri kepada pelajar-pelajar putri NU di seluruh Indonesia;

b. Membentuk wilayah-wilayah serta cabang-cabang di seluruh Indonesia;

c. Mengadakan konferensi besar sekaligus peresmian berdirinya IPNU-Putri;

d. Menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sementara sampai ditetapkannya secara resmi dalam forum muktamar atau konbes. AD IPPNU berhasil disusun oleh DH dan ditetapkan sebagai AD sementara pada tanggal 11 Maret 1955.

Dewan Harian ini bertugas sampai dengan terbentuknya Pimpinan Pusat definitif yang dipilih melalui forum muktamar atau konperensi besar.

5. PP IPNU-Putri selanjutnya berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.

6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU-Putri kepada PB Ma'arif-NU. Pada tanggal 4 Maret 1955, dikeluarkan surat persetujuan resolusi berdirinya IPNU-Putri dari PB Ma'arif NU. Selain itu PB Ma'arif juga mengusulkan perubahan nama menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).

Dari tulisan ini, saya ingin membagikan bagaimana histori berdirinya IPPNU yang dulu masih begabung dengan IPNU menurut buku (Sejarah Perjalanan IPPNU 1955-2000) dan sejarah yang tertulis dalam buku K.H. Moh. Tolchah Mansoer: Biografi Profesor NU yang Terlupakan; yang sebelumnya bernama IPNU-Putri berubah menjadi IPPNU seperti yang sekarang kita ketahui bersama. Dan itu melalui dinamika para pendiri yang tak sederhana.

Mungkin dalam penulisan ini masih belum begitu lengkap dan spesifik secara detail historysnya, namun jangan berhenti mengetahui sampai sini saja, tetapi inilah tugas kita yang sesungguhnya untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai sejarah berdirinya organisasi IPPNU, untuk mengetahui sejarah tidak harus rekanita saja tetapi rekan pun juga harus mengetahui tentang sejarah organisasi IPPNU begitupun sebaliknya.

Alhamdulillah

Semoga dapat bermanfaat untuk semuanya dan terimakasih.

 

Selamat Hari Lahir ke – 70 Ikatan Pelajar Putri Nahdhatul Ulama

Oleh: Sabiq Moh Al-hikami (PK IPNU Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi)

 

Daftar Rujukan

Caswiyono, dkk. 2009. KH. Moh. Tolchah Mansoer; Profesor NU yang Terlupakan. Madani: Jakarta Timur

https://pcinu-mesir.tripod.com/ilmiah/pusaka/ispustaka/buku13/daftar_isi.htm (diakses pada 02 Maret 2025)

Lebih baru Lebih lama