Oleh: Nurul Aulia
Tahukah kamu? Beberapa dari kita
terkadang menilai seseorang dari sikap dan wataknya, kan? Emang gak selalu ya.
Namun, kita selalu seperti mengadakan observasi dan menganalisis diri sendiri. Tapi
sebelum kita membahas lebih dalam dan lanjut, mungkin beberapa dari kita sudah
sadar, bahwa setiap gerak gerik kita itu pasti dianalisis oleh perspektif dari
masing-masing kita, makanya hal seperti itu wajar.
Karena kita memiliki naluri ketahanan
diri atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga menimbulkan kita
ingin tahu lingkungan tersebut itu cocok dengan kita atau malah sebaliknya. Dan
jika menemui yang buruk ya tetap tenang saja karena ada beberapa kata-kata
seperti ini, "Seburuk-buruk makhluk pasti ada baiknya,dan sebaik baik
makhluk pasti ada buruknya" (asumsi liar).
Nah arti dari hal ini dapat kita tarik benang merah atau
kesimpulan, bahwa dalam menentukan baik buruk itu harus didasari sikap berprasangka
baik yakni dengan husnudzan, kayak "kang dihin iku husnudzane"
(malah nyanyi). Jadi seperti itu. Jadi, "Apabila kita melihat subjek
itu kok buruk, ya jangan langsung di cap buruk. Namun, ada kalanya kita itu
berfikir lagi, kita teliti lagi bahwa pasti ada sisi baiknya jadi kita ambil
sisi baiknya saja" (Dr.Fahruddin Faiz).
Adapun juga beberapa perspektif dari
tokoh-tokoh terkenal. Di antaranya, "Akhlak baik adalah sikap yang
melahirkan perbuatan terpuji,sedangkan Akhlak buruk adalah sikap yang
melahirkan perbuatan tercela.” (Al-Ghazali). Juga ada pendapat yang
termaktub dalam kitab Munjid, "Bahwa yang disebut akhlak baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan, sedangkan yang disebut buruk sesuatu
yang dinilai sebaliknya dari yang baik.” (Louis Ma'luf).
Jadi dari beberapa pendapat yang telah
kita pahami tadi, kesimpulanya: kita tetap berusaha berprasangka baik husnudzan,
bahwa tidak semua itu sempurna. Berdasarkan realita kita kudu tahu,
bahwa setiap dari kita pasti ada baiknya, lalu kalau menemui hal buruk dari
beberapa di antara kita, ya kita doakan saja. Kalau beberapa masukan dari kita
memang tak merubah dirinya, dari niatan merubah tadi kita turunkan, sebab yang
senantiasa dapat merubah itu ya cuma Rabb-nya, kita sebagai hamba ya cuma bisa
sebagai pemberi peringatan gitu saja. Nggak bisa kita itu memaksakan diri gitu
loh.
Sekian yang dapat saya sampaikan. Buah
delima, buah selasih. Tak lupa sapa dan terima kasih.